Sebagai hasil kebudayaan, Tari Topeng mempunyai nilai hiburan yang mengandung pesan - pesan terselubung, karena unsur - unsur yang terkandung, Didalamnya mempunyai arti simbolik yang bila diterjemahkan sangat menyentuh berbagai aspek kehidupa, Sehingga juga mempunyai nilai pendidikan.
Variasinya dapat meliputi aspek kehidupan manusia seperti kepribadian, Kebijaksanaan, Kepemimpinan, cinta, bahkan angkara murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa.
Pada masa penyebaran agama Islam berbagai wali memfungsikan tari topeng dan jenis kesenian lainnya sebagai bagian dari upaya penyebaran agama Islam juga sebagai tontonan. Adapun jenis kesenian tersebut adalah: Wayang Kulit, Gamelan Renteng, Barai Angklung, Reog dan Berokan.
Topeng berasal dari kata " Taweng" yang berarti tertutup atau menutupi. Sedangkan menurut istilah umum, Kata topeng mengandung pengertian sebagai penutup muka/kedok. Berdasarkan asal kata tersebut, Maka Tari Topeng pada dasarnya merupakan senitari tradisional masyarakat indramayu yang spesifik menonjolkan penggunaan penutup muka berupa topeng atau kedok oleh para penari pada pementasannya.
Jumlah topeng/kedok seluruhnya ada 9 (sembilan) yaitu; Panji, Samba, atau Pamindo, Rumyang, Tumenggung atau Patih, Kelana atau Rahwana,Pentul, Nyo atau Semblep, Jinggaanom, atau Aki - aki, Dari kesmbilan topeng tersebut yang dijadikan sebagai kedok pokok hanya 5 (lima) buah, Yaitu; Panji, Samba, Rumyang Tumenggung, dan Kelana.
Nama dalam watak topeng dalam tariannya; PANJI, Menggambarkan kesucian manusia yang baru lahir di dunia; SAMBA, Mlambangkan kelincahan masa kecil; RUMYANG, Manusia pada akhir baligh; PATIH/TUMENGGUNG, Adalah manusia yang sudah menemukan posisi, Karena tegas, Setia, Serta berkorba; KELANA/RAHWANA, Adalah ungkapan angkara murka yang mengejawantah.
Pada masa sekarang ini gamelan yang digunakan untuk mengiringi Tari Topengbukan hanya berlaras Prawa, Namun juga digunakan gamelan yang berlaras Pelong.
Sumber: Ibu Wangi Indriya (Sanggar Mulya Bhakti)